“Suami yang saya dambakan adalah yang bertanggung jawab pada keluarga, giat berdakwah dan rajin beribadah, cerdas serta pengertian, penyayang, humoris, mapan dan juga tampan”.
Itu mungkin suami dambaan anda duhai ukhti. Tapi jangan marah bila saya katakan bahwa seandainya kriteria itu adalah harga mati yang tak tertawa, maka yang ukhti butuhkan bukan seorang ikhwan melainkan kitab-kitab pembinaan. Kenyataannya tidak ada satu pun lelaki di dunia ini yang bisa memenuhi semua keinginan kita.
Ini bukan berarti kita tidak bokeh memiliki kriteria bagi calon suami atau istri kita, lantas membuat kita mengubah prinsip menjadi “yang penting akhwat” atau “yang penting ikhwan”. Tapi realistislah, setiap manusia punya kekurangan sekaligus kelebihan. Mereka yang menikah adalah orang-orang yang berani menerima kekurangan pasangannya, bukan orang-orang yang sempurna. Tapi berpikirlah realistis terhadap orang yang akan melamar kita atau yang akan kita lamar,adalah kesempurnaan.
Maka doa kita kepada Alloh bukanlah, “Berikanlah kepadaku pasangan yang sempurna” tetapi “Ya Alloh, karuniakanlah kepadaku pasangan yang baik bagi agamaku dan duniaku.
2 komentar:
wa'alaikumslam..
jazakillah ukhti,,
salam ukhuwah,,
mhon bimbingannya..
ana mash gaptek :) heuu..
salam ukhuwah
Hidup kartini...
Jangan sampe comentar yang ini gk ditayangin lagi yach...
Posting Komentar